Minggu, 01 Juni 2014

Interpretasi Tes Psikologi

Waktu nya untuk membahas materi baruuuuu~
Kali ini materinya mengenai Interpretasi Tes Psikologi, tapi disini saya juga akan membahas mengenai berbagai hal yang menyangkut Tes Psikologi
Selamat membacaaaaa~

Pertimbangan dalam Testing Psikologi
Dalam kaitan dengan tes, persyaratan utama bahwa alat tes hanya digunakan oleh penguji-penguji yang memiliki kualifikasi tepat untuk melindungi peserta tes terhadap penggunaan tes yang tidak selayaknya. Penguji juga harus sadar tentang kepustakaan riset pada tes yang dipilih dan mampu melakukan evaluasi atas segi-segi teknisnya dalam kaitan dengan ciri-ciri seperti misalnya norma, reliabelitas, dan validitas.
Dalam menyelenggarakan tes, penguji tanggap terhadap banyak kondisi yang bisa mempengaruhi kinerja tes. Penguji seharusnya memiliki pengetahuan yang luas dalam ilmu tentang perilaku manusia untuk mewaspadai kesimpulan yang tidak hanya berdasar dalam interpretasi atas skor-skor tes.

Hasil Tes
Hasil-hasil tes seharusnya disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami, bebas dari istilah atau label teknis dan berorientasi pada sasaran testing yang langsung. Perlindungan yang memadai harus dilaksanakan untuk mencegah penyalahgunaan dan mis interpretasi hasil tes. Bila tes diadakan dalam suatu konteks kelembagaan contohnya dalam sistem sekolah, pengadilan, atau lingkup pekerjaan, individu seharusnya diberi informasi pada saat testing tentang maksud tes, bagaimana hasil-hasil tes akan digunakan dan bagaimana hasil tes itu digunakan bagi lembaga yang membutuhkan.

Penerima Hasil Tes
Dalam semua komunikasi yang berhubungan dengan tes, hendaknya diperhatikan ciri-ciri orang yang harus menerima informasi itu. Hal ini tidak hanya berlaku pada pendidikan umum orang tersebut dan pengetahuannya tentang psikologi serta testing, tapi juga pada respon emosionalnya terhadap informasi yang akan diberikan. Pertimbangan reaksi emosional terhadap informasi tes amat penting.
Ketika seorang individu diberitahu hasil tesnya, bukan hanya data itu harus diinterpretasikan oleh orang yang betul memenuhi syarat, melainkan harus juga ada fasilitas yang memungkinkan pemberian konseling pada orang yang mungkin secara emosional terganggu oleh informasi itu. Contohnya seorang anak sekolah yang berbakat bisa mengembangkan kebiasaan malas dan mengambil sikap gampang atau ia mungkin menjadi tidak kooperatif dan tidak dapat diatur, jika ia menemukan bahwa ia jauh lebih pandai dari pada rekan sebayanya. Efek negatif semacam ini tentu saja bisa muncul terlepas dari benar tidaknya skor itu sendiri.

Pemeriksaan Psikologis
Pada dasarnya pemeriksaan psikologis adalah upaya sistematis untuk mengungkapkan aspek-aspek psikologis tertentu dari individu. Apabila dilihat dari berbagai kasus yang ada fungsi pemeriksaan psikologis dapat digolongkan untuk tujuan seleksi, promosi, mengidentifi kasikan kemampuan/ketidakmampuan belajar khusus, pengukuran ciri kepribadian, nilai hidup, penentuan bakat dan minat, pengukuran perilaku dan untuk pertimbangan klinis. Semua pengukuran terhadap aspek-aspek psikologis pada dasarnya dilakukan dalam rangka menjelaskan dan meramalkan perilaku individu. Setiap pemeriksaan psikologis dilakukan, tentu mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

1.      Tujuan dan prinsip pemeriksaan psikologis
Tujuan pemeriksaan psikologis yaitu untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan, menyangkut bakat, kesulitan belajar, penjurusan dan lain-lain. Sedangkan yang berkaitan dengan perkembangan anak menyangkut perkembangan yang terhambat baik yang bersifat psikis maupun sosial. Klinis, menyangkut individu yang mengalami gangguan psikis baik yang ringan sampai yang berat. Industri, menyangkut masalah seleksi, promosi dan hal-hal yang menyangkut personalia. Prinsip yang harus dipegang dalam pemeriksaan psikologis ialah memberikan perlakuan yang sama pada semua individu yang hendak diperiksa. Perlakuan ini meliputi tidak hanya yang berupa interaksi antara psikolog dan individu yang hendak diperiksa, tetapi juga termasuk penyampaian administrasi tes serta penyediaan lingkungan pemeriksaan yang sama pula. Suatu penelitian menunjukkan bahwa mereka yang menggunakan meja dalam mengerjakan tes misalnya cenderung mendapatkan skor lebih tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan meja. Perlakuan yang sama ini dimaksud agar skor-skor dan hasil pemeriksaan yang diperoleh individu yang berbeda itu nantinya dapat dibandingkan. Keseragaman dalam prosedur pemeriksaan psikologis harus dimulai dengan memapankan sikap individu yang hendak diperiksa terutama yang menyangkut rapport, ego involvement dan motivasi. Rapport adalah interaksi yang enak, saling dapat menerima, tanpa prasangka dan tekanan antara pemeriksa/pengetes dan individu yang hendak diperiksa/dites. Untuk dapat menimbulkan rapport, penguji harus memberikan kesan bahwa dirinya ramah, dapat dipercaya dan bersikap membantu. Ego involvement dalam tes psikologis ialah situasi yang melibatkan kepentingan individu yang hendak dites. Motivasi yang berkaitan dengan masalah pemeriksaan psikologis ini ialah dorongan yang sebaik-baiknya pada individu yang hendak diperiksa.

2.      Sasaran pemeriksaan psikologis
Kepribadian sebagai sasaran pemeriksaan psikologis meliputi aspek-aspek ; kematangan emosi, kestabilan emosi, motivasi, inisiatif, kreativitas, pengambilan keputusan, kerjasama, tanggung jawab, daya analisis, hubungan interpersonal. Dalam bidang kemampuan yang dapat mempengaruhi kepribadian juga pemeriksaan tentang kemampuan umum, kemampuan khusus, ketelitian kerja, ketahanan kerja, sistematika kerja. Mengingat kondisi individu itu berbeda, maka dengan diketahuinya kecenderungan kemampuan dan kepribadian individu dapat membantu mereka melangkah lebih lanjut baik dalam memilih sekolah maupun memilih pekerjaan, supaya prestasinya dapat optimal sesuai dengan kemampuan-kemampuan dan kondisi pribadi yang dimiliki.

3.      Kebijakan, strategi dan operasionalisasi pemeriksaan psikologis
Cara yang dipilih untuk melakukan pemeriksaan serta alat yang digunakan harus dipilih yang paling tepat. Interpretasi terhadap tes yang diberikan harus dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya dan harus dapat dipertanggungjawabkan. Sikap awal yang harus diambil adalah terlebih dahulu menentukan cara atau metode apa yang cocok. Pemeriksaan secara kelompok atau secara individual, hal ini harus mendapatkan persetujuan dari individu yang bersangkutan. Di samping itu perlu ditentukan jenis alat apa yang diperlukan untuk membantu mengumpulkan data-data. Pelaksanaan pemeriksaan psikologis membutuhkan strategi yang. Strategi tersebut harus bersifat praktis dan ekonomis artinya mudah, mengena, tidak berlarut-larut dan dapat menyelesaikan permasalahan. Diusahakan agar sedapat mungkin klien tidak tergantung pada konsultan. Klien diberikan motivasi agar dapat menentukan sikapnya sendiri, sehingga klien tidak selalu minta pertimbangan pada konsultan.

Prosedur dalam Pemeriksaan Psikologis
Proses pemeriksaan psikologis diawali dari munculnya masalah dari klien dan datang ke biro konsultasi atau psikolog untuk mencari bantuan, kemudian psikolog melakukan pemeriksaan, sampai dengan mengkomunikasikan hasil pemeriksaan pada klien. Dalam proses tersebut ada beberapa aktivitas yang harus dilalui antara lain; persiapan, proses asesmen atau pengukuran (pengumpulan data), proses menganalisis hasil asesmen, menyampaikan hasil pemeriksaan psikologis yang dapat berupa memberikan saran, rekomendasi atau rujukan pada ahli lain.
Baik proses pengumpulan data maupun penyampaian hasil pemeriksaan psikologis dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan, langsung maupun tidak langsung, individual maupun klasikal. Proses pemeriksaan psikologis secara lisan dan langsung merupakan suatu bentuk konseling.

Sumber :
Nur’aeni. (2012). Tes psikologi: tes inteligensi dan tes bakat. http://diglib.ump.ac.id pdf (diakses pada tanggal 1 Juni 2014)

Maaf karena pembahasannya masih tidak lengkap.. Terima kasih sudah membacaa =D



Tidak ada komentar:

Posting Komentar