Waktu nya untuk membahas materi baruuuuu~
Kali ini materinya mengenai Interpretasi
Tes Psikologi, tapi disini saya juga akan membahas mengenai berbagai hal
yang menyangkut Tes Psikologi
Selamat membacaaaaa~
Pertimbangan
dalam Testing Psikologi
Dalam kaitan dengan tes,
persyaratan utama bahwa alat tes hanya digunakan oleh penguji-penguji yang
memiliki kualifikasi tepat untuk melindungi peserta tes terhadap penggunaan tes
yang tidak selayaknya. Penguji juga harus sadar tentang kepustakaan riset pada tes
yang dipilih dan mampu melakukan evaluasi atas segi-segi teknisnya dalam kaitan
dengan ciri-ciri seperti misalnya norma, reliabelitas, dan validitas.
Dalam menyelenggarakan tes,
penguji tanggap terhadap banyak kondisi yang bisa mempengaruhi kinerja tes. Penguji
seharusnya memiliki pengetahuan yang luas dalam ilmu tentang perilaku manusia
untuk mewaspadai kesimpulan yang tidak hanya berdasar dalam interpretasi atas
skor-skor tes.
Hasil
Tes
Hasil-hasil tes
seharusnya disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami, bebas dari istilah atau label
teknis dan berorientasi pada sasaran testing yang langsung. Perlindungan yang
memadai harus dilaksanakan untuk mencegah penyalahgunaan dan mis interpretasi
hasil tes. Bila tes diadakan dalam suatu konteks kelembagaan contohnya dalam sistem
sekolah, pengadilan, atau lingkup pekerjaan, individu seharusnya diberi informasi
pada saat testing tentang maksud tes, bagaimana hasil-hasil tes akan digunakan
dan bagaimana hasil tes itu digunakan bagi lembaga yang membutuhkan.
Penerima
Hasil Tes
Dalam semua komunikasi
yang berhubungan dengan tes, hendaknya diperhatikan ciri-ciri orang yang harus
menerima informasi itu. Hal ini tidak hanya berlaku pada pendidikan umum orang
tersebut dan pengetahuannya tentang psikologi serta testing, tapi juga pada
respon emosionalnya terhadap informasi yang akan diberikan. Pertimbangan reaksi
emosional terhadap informasi tes amat penting.
Ketika seorang individu
diberitahu hasil tesnya, bukan hanya data itu harus diinterpretasikan oleh
orang yang betul memenuhi syarat, melainkan harus juga ada fasilitas yang
memungkinkan pemberian konseling pada orang yang mungkin secara emosional terganggu
oleh informasi itu. Contohnya seorang anak sekolah yang berbakat bisa mengembangkan
kebiasaan malas dan mengambil sikap gampang atau ia mungkin menjadi tidak
kooperatif dan tidak dapat diatur, jika ia menemukan bahwa ia jauh lebih pandai
dari pada rekan sebayanya. Efek negatif semacam ini tentu saja bisa muncul
terlepas dari benar tidaknya skor itu sendiri.
Pemeriksaan
Psikologis
Pada dasarnya pemeriksaan
psikologis adalah upaya sistematis untuk mengungkapkan aspek-aspek psikologis
tertentu dari individu. Apabila dilihat dari berbagai kasus yang ada fungsi
pemeriksaan psikologis dapat digolongkan untuk tujuan seleksi, promosi, mengidentifi
kasikan kemampuan/ketidakmampuan belajar khusus, pengukuran ciri kepribadian,
nilai hidup, penentuan bakat dan minat, pengukuran perilaku dan untuk
pertimbangan klinis. Semua pengukuran terhadap aspek-aspek psikologis pada
dasarnya dilakukan dalam rangka menjelaskan dan meramalkan perilaku individu. Setiap
pemeriksaan psikologis dilakukan, tentu mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
1. Tujuan dan prinsip pemeriksaan
psikologis
Tujuan pemeriksaan psikologis
yaitu untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
pendidikan, menyangkut bakat, kesulitan belajar, penjurusan dan lain-lain.
Sedangkan yang berkaitan dengan perkembangan anak menyangkut perkembangan yang
terhambat baik yang bersifat psikis maupun sosial. Klinis, menyangkut individu
yang mengalami gangguan psikis baik yang ringan sampai yang berat. Industri,
menyangkut masalah seleksi, promosi dan hal-hal yang menyangkut personalia. Prinsip
yang harus dipegang dalam pemeriksaan psikologis ialah memberikan perlakuan
yang sama pada semua individu yang hendak diperiksa. Perlakuan ini meliputi
tidak hanya yang berupa interaksi antara psikolog dan individu yang hendak
diperiksa, tetapi juga termasuk penyampaian administrasi tes serta penyediaan
lingkungan pemeriksaan yang sama pula. Suatu penelitian menunjukkan bahwa
mereka yang menggunakan meja dalam mengerjakan tes misalnya cenderung
mendapatkan skor lebih tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang tidak
menggunakan meja. Perlakuan yang sama ini dimaksud agar skor-skor dan hasil pemeriksaan
yang diperoleh individu yang berbeda itu nantinya dapat dibandingkan. Keseragaman
dalam prosedur pemeriksaan psikologis harus dimulai dengan memapankan sikap individu
yang hendak diperiksa terutama yang menyangkut rapport, ego involvement dan
motivasi. Rapport adalah
interaksi yang enak, saling dapat menerima, tanpa prasangka dan tekanan antara
pemeriksa/pengetes dan individu yang hendak diperiksa/dites. Untuk dapat
menimbulkan rapport, penguji
harus memberikan kesan bahwa dirinya ramah, dapat dipercaya dan bersikap
membantu. Ego involvement dalam
tes psikologis ialah situasi yang melibatkan kepentingan individu yang hendak
dites. Motivasi yang berkaitan dengan
masalah pemeriksaan psikologis ini ialah dorongan yang sebaik-baiknya pada
individu yang hendak diperiksa.
2. Sasaran pemeriksaan psikologis
Kepribadian sebagai sasaran
pemeriksaan psikologis meliputi aspek-aspek ; kematangan emosi, kestabilan
emosi, motivasi, inisiatif, kreativitas, pengambilan keputusan, kerjasama,
tanggung jawab, daya analisis, hubungan interpersonal. Dalam bidang kemampuan yang
dapat mempengaruhi kepribadian juga pemeriksaan tentang kemampuan umum,
kemampuan khusus, ketelitian kerja, ketahanan kerja, sistematika kerja.
Mengingat kondisi individu itu berbeda, maka dengan diketahuinya kecenderungan
kemampuan dan kepribadian individu dapat membantu mereka melangkah lebih lanjut
baik dalam memilih sekolah maupun memilih pekerjaan, supaya prestasinya dapat
optimal sesuai dengan kemampuan-kemampuan dan kondisi pribadi yang dimiliki.
3. Kebijakan, strategi dan
operasionalisasi pemeriksaan psikologis
Cara yang dipilih untuk
melakukan pemeriksaan serta alat yang digunakan harus dipilih yang paling tepat.
Interpretasi terhadap tes yang diberikan harus dilakukan oleh orang yang ahli
dalam bidangnya dan harus dapat dipertanggungjawabkan. Sikap awal yang harus
diambil adalah terlebih dahulu menentukan cara atau metode apa yang cocok.
Pemeriksaan secara kelompok atau secara individual, hal ini harus mendapatkan
persetujuan dari individu yang bersangkutan. Di samping itu perlu ditentukan
jenis alat apa yang diperlukan untuk membantu mengumpulkan data-data. Pelaksanaan
pemeriksaan psikologis membutuhkan strategi yang. Strategi tersebut harus
bersifat praktis dan ekonomis artinya mudah, mengena, tidak berlarut-larut dan
dapat menyelesaikan permasalahan. Diusahakan agar sedapat mungkin klien tidak
tergantung pada konsultan. Klien diberikan motivasi agar dapat menentukan sikapnya
sendiri, sehingga klien tidak selalu minta pertimbangan pada konsultan.
Prosedur
dalam Pemeriksaan Psikologis
Proses pemeriksaan
psikologis diawali dari munculnya masalah dari klien dan datang ke biro
konsultasi atau psikolog untuk mencari bantuan, kemudian psikolog melakukan
pemeriksaan, sampai dengan mengkomunikasikan hasil pemeriksaan pada klien.
Dalam proses tersebut ada beberapa aktivitas yang harus dilalui antara lain;
persiapan, proses asesmen atau pengukuran (pengumpulan data), proses
menganalisis hasil asesmen, menyampaikan hasil pemeriksaan psikologis yang
dapat berupa memberikan saran, rekomendasi atau rujukan pada ahli lain.
Baik proses pengumpulan data
maupun penyampaian hasil pemeriksaan psikologis dapat disampaikan secara lisan
maupun tulisan, langsung maupun tidak langsung, individual maupun klasikal. Proses
pemeriksaan psikologis secara lisan dan langsung merupakan suatu bentuk
konseling.
Sumber :
Nur’aeni. (2012). Tes psikologi: tes inteligensi dan tes bakat. http://diglib.ump.ac.id pdf (diakses pada
tanggal 1 Juni 2014)
Maaf karena pembahasannya masih
tidak lengkap.. Terima kasih sudah membacaa =D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar