Assalamu’alaikum semuaaa. .
balik lagi diblog gw, mohon maaf
atas ke-ngaretan postingan kali ini, sepertinya hari-hari diminggu ini telah
banyak kepayahan yang udah gw lakukan, terutama soal tugas-tugas yang
terbengkalai. . fiuuuuu. . (-_-)
yap, walau bagaimanapun postingan
ini harus tetap bermanfaat bagi pembacanya (walaupun manfaatnya
sedikiiiiiiiiiit banget) . .
diminggu ini sebenernya membahas
kasus tumbuh kembang anak, diantaranya ada Down Syndrom, lalu kasus mengenai
kesalahan dalam pola asuh anak, tapi mohon maaf lagi-lagi gw cuma bisa
memberikan penjelasan pada salah satunya aja,
kesalahan dalam pola asuh anak adalah
presentasi dari kelompok gw, langsung mulai aja ya, berikut adalah tabel dari
Periode Perkembangan Kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget
Periode
|
Perkiraan Usia
|
Kemampuan-Kemampuan Utama
|
Sensorimotor
|
Lahir sampai 2 tahun
|
Terbentuknya konsep
“kepermanenan obyek” dan kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku
yang mengarah kepada tujuan.
|
Pra-operasional
|
2 sampai 7 tahun
|
Perkembangan kemampuan menggunakan
simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih egosentris
dan sentrasi.
|
Operasi konkrit
|
7 sampai 11 tahun
|
Perbaikan dalam
kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk yang
penggunaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi
tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh
keegosentrisan.
|
Operasi formal
|
11 tahun sampai dewasa
|
Pemikiran abstrak
dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan
melalui eksperimentasi sistematis.
|
Periode-periode tersebut menjadi
teori yang mendukung kasus dari kelompok gw,
Kesalahan pola asuh anak
sepertinya dapat sering kita jumpai atau bahkan kita secara tak sengaja telah
melakukannya, bukan berarti kesalahan yang membuat anak merasa tersakiti secara
fisik tetapi tersakiti dalam psikologisnya, pada periode pra-operasional di
usia 2-7 tahun anak masih berpikir secara egosentris belum secara logis, jadi
tiap-tiap informasi yang anak dapatkan melalui penginderaan nya akan ia
masukkan atau akan ia tampung semua didalam pikirannya, karena anak diusia ini
belum bisa mengolah dan memilah-milah informasi yang ditangkap. Jadi pola asuh
yang salah adalah apabila kita telah salah dalam memberikan informasi atau
stimulus yang tidak seharusnya anak terima dan simpan, contohnya:
- Seorang ibu berkata pada anaknya ketika sang anak menumpahkan makanan, “ya ampuun, kamu tuh bisanya apa sih? Bawa makanan sedikit aja tumpah, dasar payah”
- Seorang kaka yang menakut-nakuti adiknya, “de, jangan suka kelamaan main di luar rumah, nanti ada penculik loh, nanti ade dimasukin dalem karung”
- Seorang guru yang berkata pada muridnya yang tidak mengerjakan pr, “kamu tahu, kamu itu orang yang pemalas!”
Perkataan-perkataan tersebut akan
menjadi tertanam dan menjadi sugesti yang buruk untuk anak. Respon yang akan
ditunjukkan oleh anak:
- Anak akan bersikap tidak semangat dan kurang termotivasi dalam mengerjakan suatu hal karena merasa sang ibu telah menganggap dirinya anak yang payah dan hal itu tidak bisa diubah lagi.
- Anak akan merasa terkurung akibat bayang-bayang seorang penculik yang akan menangkapnya apabila ia ke luar rumah, dan keingintahuan nya mengenai banyak hal akan terganggu karena ia banyak dibatasi.
- Prestasi anak bisa saja menurun dan anak merasa tidak mampu untuk pintar karena sang guru telah berkata demikian.
Walaupun sebenarnya kita entah
sebagai orang tua ataupun kakak tidak bermaksud demikian, tapi kita tidak tahu
apa yang anak atau adik kita pikirkan dan rasakan, lebih buruk lagi kalau
hal-hal tersebut terjadi secara berulang-ulang.
Jadi, setelah kita tahu bagaimana
perkembangan kognitif anak pada tiap-tiap tahunnya, kita akan mengetahui
bagaimana sikap yang seharusnya kita lakukan untuk anak atau adik kita, dan
perlu diingat bahwa anak pada usia 2-7 tahun akan menampung serta menyimpan
segala informasi yang ia dapatkan secara keseluruhan, untuk itu berhati-hati lah
dengan perkataan kita, apabila kita ingin menegur atau memperingati anak,
gunakanlah kata-kata yang bisa diterima anak dengan baik dan memberikan
motivasi untuk lebih berbuat baik dan tidak berbuat demikian, karena “Children See is Children Do” →
apa yang anak lihat, itulah yang akan ia lakukan.
Sekian. Wassalamu’alaikum. .
Walaikumsalam...senang dan berterima kasih jika data yang disampaikan secara komprehensif dan enak dibacanya...tetap berbagi ya...salam SOBAT !
BalasHapus